STAI AL-GAZALI BONE

  • Meningkatkan Minat Seni Pelajar

    Melalui kegiatan ini, diharapkan terjadi peningkatan terhadap minat seni bagi pelajar khususnya di Kabupaten Bone. Mahasiswa STAI Al-Gazali Bone, yang tergabung dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, mengambil langkah untuk mewujudkan hal tersebut. Untuk itu diadakanlah lomba Pentas Seni Pelajar Tingkat SLTA se-Kabupaten Bone, yang dilaksanakan pada tanggal 4-5 Maret 2017

  • PELATIHAN JURNAL INTERNASIONAL

    Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan peningkatan mutu dosen, khususnya dalam pembuatan dan penerbitan jurnal internasional. Kegiatan ini dilakukan berkat kerjasama Universitas Hasanuddin, STAI Al-Gazali Bone, dan STAIN Watampone

  • BERBAGI BERSAMA

    Bapak Muhammad Suyuthy R, S.Ag., M.Pd bersama dengan mahasiswa STAI Al-Gazali Bone, Khususnya dari organisasi kemahasiswaan PMII Komisariat STAI Al-Gazali Bone, melakukan kegiatan amal untuk membantu rakyat yang kurang mampu. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat

  • PPL DAN KKL TERPADU

    Pelaksanaan PPL dan KKL terpadu merupakan wadah bagi mahasiswa dalam pengaplikasian ke masyarakat, ilmu yang telah mereka pelajari selama di bangku kuliah. Selain sebagi tugas untuk memenuhi salah satu materi perkuliahan, kegiatan ini juga diharapkan sebagai pembelajaran bagi mahasiswa khususnya mengenai fakta pendidikan di masyarakat.

Pelaksanaan PPL & KKL


Foto bersama Dosen Pembimbing, Mahasiswa, 
dan Kepala Madrasah


Diskusi pelaksanaan realisasi
program kerja
Share:

Pelatihan Jurnal Internasional


Share:

Kegiatan Pentas Seni Pelajar


Panitia Pelaksana Kegiatan
Pentas Seni Pelajar STAI Al-Gazali Bone

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan di Kabupaten Bone. Dilaksanakan selama dua hari, yang diikuti oleh seluruh SMA/MAN/MA/SMK se-Kabupaten Bone. Salah satu tujuan kegiatan ini adalah memberikan wadah menyalurkan bakat seni siswa-siswi di Kabupaten Bone, tujuan lainnya juga sebagai ajang silaturahmi antara sekolah dan STAI Al-Gazali Bone. Mendapat dukungan penuh dari pihak Akademik, akhirnya kegiatan ini terlaksana dengan baik sesuai target yang diharapkan.


Pemasangan Brosur Lomba
(Tahap sosialisasi pra lomba)


Sambutan yang hangat dari para siswi
calon peserta lomba


Share:

MINAT SISWA

MINAT SISWA
Penulis: Rading Sangaji

Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.”[1] Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting tendency topay attention to end enjoy some activity and content.”[2]  Menurut M. Alisuf Sabri Minat adalah .kecenderungan untukselalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minatini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakanminat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu[3]

Menurut Muhibbin Syah Minat adalah  kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sementara Menurut Ahmad D. Marimba Minat adalah .kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu[4].  Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin Minat adalah .perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.. Dengan begitu minat, tambah Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan

Menurut Crow bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri[5]. Sardiman A. M. berpendapat bahwa “minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhannya sendiri.”[6] Sedangkan menurut I. L. Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat sebagai “suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya.”[7]

Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk., mengartikan minat adalah “kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang.”[8] Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Menurut Tidjan Minat adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang. Dari   pengertian   tersebut  jelaslah   bahwa   minat   itu   sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu  atau   situasi   tertentu  yang  didahului oleh  perasaan   senang terhadap obyek tersebut.  Sedangkan menurut definisi lain,  Minat adalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.

Siswa adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan. Siswa juga disebut murid atau pelajar. Ketika kita bicara mengenai siswa maka fikiran kita akan tertuju kepada siswa di lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah. Siswa juga disebut peserta didik, peserta didik dapat diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu[9]

Di lingkungan sekolah dasar masalah-masalah yang muncul belum begitu banyak, tetapi ketika memasuki lingkungan sekolah menengah maka banyak sekali masalah yang muncul karena anak atau siswa sudah menapaki masa remaja. Siswa sudah mulai berfikir tentang dirinya, bagaimana keluarganya, teman-temannya, pergaulannya dan sebagainya.  Pada masa ini seakan mereka menjadi manusia dewasa yang bisa segalanya dan terkadang tidak memikirkan akibatnya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh keluarga dan tentu saja pihak sekolah.

Siswa sebagai pelanggan terhadap jasa yang diberikan oleh guru juga mempunyai berbagai harapan yang semestinya didengar dan diakomodir oleh guru sebagai “penjual” jasa, sehingga apa yang diharapkan oleh siswa tidak akan keluar dari “zona toleransi” harapannya. Karena siswa adalah konsumen yang mempunyai posisi tawar yang tinggi.

Jika kita lihat sekarang ini siswa seakan diposisikan menjadi pribadi yang tidak merdeka yang dikondisikan untuk mampu mengerjakan soal-soal ujian tanpa tahu maknanya. Beban belajar siswa sangat tinggi untuk dapat mencapai nilai yang sudah dipatok untuk kelulusannya. Belum juga tambahanles-les yang dilakukan untuk mengejar target nilai tersebut. Sehingga akan bisa terjadi kemampuan pedagogik siswa menjadi kurang seimbang dengan kemampual sisialnya, karena ketidak proposionalan mereka dalam membagi waktu. Waktu mereka habis untuk di sekolah dan belajar.

Sehingga sangat tidak benar jika seorang guru memperlakukan siswanya dengan seenaknya, menghukum siswa dengan semena-mena, membebani siswa dengan tugas-tugas yang tidak semestinya. Guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Pasal 4 UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menegaskan bahwa, guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.[10]





[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 583.

[2] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 57.
[3] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. XI, h. 84

[4] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Alma.arif, 1980), Cet. IV, h. 79

[5] Abd. Rachman Abror, Psykologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993), Cet. IV, h. 112

[6] Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988), h. 76.

[7] I. L. Pasaribu dan Simanjuntak, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1983), h. 52.

[8] Zakiah Daradjat,dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1995), Cet.1, h. 133.
[9] Data diperoleh dari internet, http://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik#Siswa
[10] Data diperoleh dari internet, http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/28/siswa-adalah-raja/
Share:

Konsepsi Pendidikan Agama Islam

KONSEPSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Penulis: Jamaludin

Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik secara langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya. Dalam definisi yang lain pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.[1]

Driyakarya mengemukakan definisi dan rumusan bahwa Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah, ibu dan anak, dimana terjadi pemanusiaan anak, pembudayaan anak dan pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk ahirnya memanusia sendiri sebagai manusia purnawan. Disamping itu pendidikan juga memandang bahwa anak didik itu memiliki sifat-sifat individualitas, sosialitas, moralitas dan unisitas. Pengingkaran salah satu saja dari keempat hal itu, maka pendidikan akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya.[2]

Berkaitan dengan pengertian Pendidikan agama Islam, ada beberapa para ahli yang mengemukakan definisinya masing-masing, diantaranya:
  1. Ahmad D. Marimba, mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab terhadap nilai tersebut[3]
  2. Burlian Somad, mengatakan bahwa suatu pendidikan dinamakan pendidikan agama Islam, jika pendidikan itu bertujuan individu menjadi bercorak diri diri berderajat tertinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.[4]
  3. Usman Said, menjelaskan bahwa  pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk terbentuknya atau membimbing serta menuntun jasmani dan rohani seseorang menurut ajaran Allah.[5]
  4. Rahman Shaleh, mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha terhadap anak agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengambil ajaran Islam serta menjadikan sebagai jalan hidup yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam.[6]
  5. H. Zuhairini, mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak yang merupakan untuk mengetahui segala sesuatu, yang sesuai dengan ajaran Islam.[7]
Menurut hemat penulis, dengan memperhatikan pengertian tersebut, maka definisi pendidkan agama Islam adalah suatu aktivitas atau usaha pendidikan terhadap anak didik menuju ke arah terbentuknya kepribadian muslim yang baik. Kepribadian merupakan bersatunya ajaran dengan dirinya atau bercorak diri atau personaliti. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang memiliki nilai-nilai ajaran Islam, membina dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab.

Dalam perspektif ini penekunan nilai untuk menjadikan anak didik membentuk kepribadian maka sesungguhnya penekananya juga harus mengarah pada aspek religius sebagai nilai yang tidak terlepas dari diri manusia secara individual yang dapat memberi arti penting dalam membangun potensi yang merupakan bagian dari upaya untuk menciptakannya aspek pandangan hidup kedepan yang lebih signifikan dan berkeadilan.

Sejarah pendidikan sama asalnya dengan sejarah manusia itu sendiri dengan kata lain bahwa eksistensi pendidikan bersamaan dengan keberadaan manusia, keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.  Melainkan saling melengkapi, karena pendidikan tak punya arti bila manusia tidak ada didalamnya, maka manusia merupakan subjek dan objek pendidikan, artinya manusia tidak akan bisa berkembang secara sempurna bila tidak ada pendidikan.

Dari konsep ini, maka secara alamiah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia mengalami proses tahapan demi tahapan. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan tuhan melalui proses setingkat demi setingkat. Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung diatas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “Sunnatullah”.[8]

Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohania dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, pentingnya pembinaan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhan. Tidak ada satupun mahluk ciptaan Tuhan di atas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan atau kematangan hidup tanpa berlangsung melalui suatu proses akan tetapi suatu proses yang diinginkan dalam usaha ke pendidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai manusia individual dan sosial untuk pengabdian dirinya pada Tuhan.



[1] Prof. Zahara Idris, MA., Dasar-dasar Kependidikan, (Bandung: Angkasa, 1984), h. 10
[2] Driyakarya, Driyakarya Tentang pendidikan, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1980), h. 131
[3] Ahmad D. Marimba,  Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 20
[4] Burlian Somad, Beberapa Pesoalan Dalam Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’aif, 1981), h. 44
[5] Usman Said, Sumbangan Pendidikan Islam terhadap Pembentukan Kepribadian Indonesia, (Jakarta: Agus Salaim., 1996), h. 66
[6]  Abd. Rahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama di Sekolah Dasar,  (Badung: Pelajar, t.th),  h. 33
[7] H. Zuhairini,  et.all., Mrtodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 25
[8] H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet V; Jakarta, Bumi Aksara : 1999) h 11



Share:

PAPAN INFORMASI

- Kuliah Perdana Semester Genap Tahun Akademik
2017/2018 dilaksanakan pada Senin, 6 Februari 2018

- Ketua Prodi PAI: 085277 169446

- Bagi mahasiswa yang telah mengajukan judul skripsi, silahkan
cek di WA: 082191075577
Format Cek Judul: Nama_Nim_Prodi

- Pendaftaran Mahasiswa Baru 2018
Hubungi: 081333471792 (Rusydu, S.E., MM), 085322585819 (A. Badaruddin, S.Pd), 085277169446 (Abd. Latif, S.Pd.I.,MA)

Program Studi:
1. Pendidikan Agama Islam
2. Pendidikan Islam Anak Usia Dini
3. Manajemen Pendidikan Islam
4. Hukum Tata Negara

Label

Recent Posts